UCAPAN TERIMAKASIH

"TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA, DI YAMEKAABII NEWS, SEMOGA TUHAN TETAP MENYERTAIMU"

DOGIYAI BUTUH SEORANG KONSEPTOR



                                                                          Kab.Dogiyai
Oleh : Ernest Pugiye

YAMEKAABII NEWS,
Rakyat Dogiyai kini masih membutuhkan seorang konseptor. Seorang pemimpin sejati yang selalu dapat merefleksikan, memikir-mikirkan, merancang dan merumuskan secara sistematis dan kritis tentang konsep pembangunan Dogiyai yang layak dipandang indah guna terciptanya kesejahteraan dan keselamatan bersama. 

Sebagai seorang konseptor, ia sudah tentunya menggunakan jalan kebudayaan suku Mee dalam upaya merefleksikan, menemukan dan merumuskan serta meletakan ideology pembangunan yang berbasis budaya secara terstruktur. Itu artinya setelah dipilih dan dipercayakan sebagai seorang pemimpin sejati untuk Dogiyai, ia sudah sesungguhnya dapat menggunakan kerangka berpikir/ cara pandang orang suku Mee yang telah lahir dan berada dalam budayanya. 

Dikatakan demikian karena hanya melalui penggunaan cara pandang ini, seorang konseptor bisa merumuskan dan merancang konsep pembangunan yang berbasis budaya, kontekstual dan teramat kuat. 

Konsep ini juga bisa dijabarkan dalam agenda pembangunan yang berbentuk konkret baik secara tertulis, lisan maupun secara tindakan hidup nyata dalam membangun Dogiyai bahagia, sejahtera. 

Setelah melewati jalan kebudayaan ini, visi-misi pemimpin sejati bersama dengan setiap pemangku kepentingan sudah harus memang dilaksanakan pula dalam wujud program-program nyata, yang punya target yang jelas dan strategis yang jitu serta membawa keuntungan seutuhnay bagi rakyat Dogiyai. 

Kesemua unsur mendasar ini boleh akan menjadi agenda bersama dalam kadar pemahaman yang paling substansial hanya jika seorang konseptor ini menggunakan kerangka berpikir orang suku Mee di Dogiyai. Oleh karena itu, cara pandang yang konkret, kontekstual dan bersasaran inilah yang tidak boleh dibatalkan dalam keseluruhan perjuangan ideology Hidup Dogiyai selama lima tahun ke depan. 

Kebutuhan seorang konseptor bagi Dogiyai merupakan perjuangan seumur hidup dalam mengaktualisasikan Dogiyai bahagia dan sejahtera. Kita patut mengakui bahwa setiap rakyat, intelektual dan tokoh agama telah tetap saja berbicara tentang harus perlu beradanya seorang konseptor bagi Dogiyai. 

Hal ini telah dipertegas dalam motto Dogiyai Dou Enaa (Dogiyai Indah Dipandang). Sejatinya, motto ini sudah tentunya memanggil kita untuk mencari, membentuk, memilih dan mendapatkan seorang konseptor guna menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan Dogiyai. Maka tanpa perlu saya menyebutkan siapa nama seorang konseptor itu, saya biasa melihat beliau (konseptor). 

Ia sedang berada di antara rakyat Dogiyai meskipun saat ini mungkin saja belum ditemukan sebagian orang karena dipengaruhi oleh berbagai alasan politik yang tidak masuk akal dan tidak sehat. Ia telah menjadi milik dari dan berada bersama HIDUP rakyat dalam sejarah. 

Ia telah akan berada untuk menyelamatkan dan membahagiakan HIDUP Dogiyai. Seorang konseptor ini sudah memang menyatakan komitmen dirinya dengan kata “Ya” atas panggilan Luhur. Jadi kita patut bergembira jika ada satu di antara kita telah memang dipanggil untuk tetap menjadi pemikir, perancang dan penggagas serta penyerap terhadap pikiran-pikiran, aspirasi-aspirasi rakyat yang tidak didengarkan, kearifan local dan potensi masyarakat serta terhadap perjuangan keadilan, kebenaran Papua, Proteksi orang asli Papua di Dogiyai, pertahanan kepemilikan tanah adat suku Mee, bagaimana rakyat dan generasi muda ini bisa berada dan HIDUP dalam komunitas secara damai dan terhadap apa dan bagaimana terciptanya kesejahteraan bersama. Inilah esensi pembangunan Dogiyai.

Untuk lebih memahami kenap kita masih teramat membutuhkan seorang konseptor untuk Dogiyai sekarang, saya pikir, kita perlu punya sejumlah alasan mendasar. Alasan-alasana mendasar ini mesti dipahami, dianalisis dan dirumuskan secara mendalam agar dapat menjadi modal utama dalam menantikan Bupati Dogiyai yang konseptor (punya konsep). Menurut saya ada dua alasan mendasar dari sejumlah masalah yang dihadapi rakyat Dogiyai. 

Dogiyai Tanah Berdarah

Keberadaan alam Dogiyai secara umum merupakan tanah berdarah. Tanah Dogiyai yang selalu berlumuran darah ini adalah alasan utama yang mendasari kebutuhan akan kehadiran seorang konseptor untuk Dogiyai. 

Secara geografis, Dogiyai telah menduduki daerah yang paling istimewa di bagian timur wilayah pegunungan tengah Papua meskipun dalam tataran pelayanan pemerintahannya masih belum diperlihara dan kembangkan secara baik sesuai harapan rakyat pribumi. 

Kabupaten Dogiyai yang dimekarkan oleh pemerintah sejak 2008 itu, dibangun dalam keadaan yang hancuran-hancuran dan pro kontra antara warga dan pemerintah dan sekaligus pemerintah dengan pemerintah. Hal ini telah dapat dinyatakan dengan realisasi kebijakan pembangunan yang tidak manusiawi terhadap keberadaan alam Leluhur. 

Tanah-tanah adat, sakral dan tanah sejarah serta tanah Dogiyai yang memang dipandang sebagai mama, tanah yang dimiliki sebagai warisan dan tanah milik masyarakat adat hanya selalu digusur bahkan diserahkan kepada pemerintah tanpa dialog damai seturut hukum adat. 

Ada banyak fenomena terkait realitas masalah tanah yang semakin parah bagi rakyat Dogiyai. Adanya perebutan tanah adat dan milik komunitas Mee di Dogiyai di ibukota Moanemani oleh pemerintah, TNI-Polri dan bersama pedagang pendatang merupakan realitas masalah yang tidak dapat dipungkiri. Tempat di mana hadirnya ibu kota kabupaten Dogiyai ini sebenarnya tanah adat dan tanah milik komunitas Mee. Bahkan ini tanah sejarah bagi orang Mee. Orang Mee menurut sejarahnya telah biasa berkebun di sana. 

Mereka beternak, berburu, berpesta di sana. Di sana itu, menurut sejarah, sentralisasi keberadaan orang Mee dan awal persebarannya. Semuanya serba berada dan lengkap bagaikan surga dunia. Tapi kemudian mereka sudah harus digusur, diasingkan dan digolongkan sebagai manusia buangan karena adanya proses pembangunan daerah yang tidak berpihak pada orang asli Papua dan didominasi oleh budaya malpraktek dari luar di Dogiyai. 

Tidak hanya itu saja, daerah Degeidimi, yang terletakan antara Bomomani dan Kamuu juga merupakan tanah berdarah yang melahirkan kutukan dan masalah yang tidak pendek bagi rakyat Dogiyai. Tanah Degeidimii ini telah digusur dan dihancurkan oleh pemerintah melalui insfrastruktur yang mengadung realitas kematian. 

Pemerintah Dogiyai dengan adanya proses kebijakan yang tidak manusiawi, telah menjadikan tanah Degeidimi sebagai tanah kantor bupati Dogiyai. Segala potensi alam baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan telah dimusnakan, digusur dan dihancurkan oleh pemerintah ketika ada kebijakan pembangunan kantor bupati itu. Seperti udara, air, tanah, kayu, rotan dan batu serta pasir yang sudah diambil-ambil tanpa pemberitahuan pemilik tanah adat itu.

Padahal menurut sejarahnya, gunung Degeidimi merupakan tanah sejarah, tanah sakral dan tanah Leluhur yang mendasari keberadaan orang suku Mee. Lebih-lebih, tanah warisan pandangan dan ideology HIDUP orang Mee di sana. Degeidimi adalah bukan sekedar tanah adat saja, tetap lebih mengartikan pada ideologi HIDUP, yang menurut budayanya dialami sebagai mama yang melahirkan harapan HIDUP bagi orang suku Mee. Tanah Degeidimii adalah pusat dan jantung intelektualitas, moralitas dan spiritualitas HIDUP dan KEHIDUPAN orang Mee dan alam Leluhurnya. Tetapi Degeidimi yang demikian baik dan kudus adanya ini telah hilang sekejap sejak hadirnya kantor Bupati itu. 

Agak ke bawah lagi, tanah Egaidimi pun telah dihadapkan dengan penyakit pembangunan yang sama. Meskipun tanah Egaidimi dimiliki sebagai tanah misteri HIDUP dan KEHIDUPAN, segala potensi alam dan semua jenis ekosistemnya telah dikuras dan dirampas habis total karena alasan pembangunan daerah. 

Anehnya, pemerintah biasanya memilih jalan kekerasan militer jika setelah rakyat memita dialog lebih lanjut tentang alasan pembangunan tersebut. Terkesan, pemerintah masih belum paham tentang esensi pembangunan tersebut, meskipun suka bersilat dengan kata “pembangunan”. 

Menurut rakyat, pemerintah dengan dasar alasan pembanguanan telah masih mengubah tempat bekas kaki Tuhan menjadi tempat pijakan kaki pemerintah dan pembangunan insfrastruktur. Kedudukan Tuhan yang sudah seharusnya diharagai, dicintai, dibenarkan dan dimuliakan sebagai Tuhan adanya, hanya selalu dilawan dengan menempatkan kedudukan pemerintah dan pembangunan di sana. 

Menurut ajaran Leluhur Mee, Allah itu telah berada dipihaknya sendiri, sejauh manusia terutama pemerintah dengan kebijakannnya itu didorong oleh hawa nafus, keinginan daging dan tindakan yang tidak manusiawi serta kepentingan nasional yang tidak merakyat untuk selalu mengusahakan diri anda (pemerintah) menjadi yang terdepan. 

Segala cara dan tindakan, apapun bentuk dan wujudnya, yang digunakan pemerintah untuk menempati posisi lebih tinggi tanpa pengakuan dan kemuliaan akan martabat sesama, alam dan kedaulatan martabat Tuhan, kamu bukan seorang pelayan sejati. Kamu (pemerintah) bukan utusan Tuhan, meskipun selama ini mewartakan dirinya sebagai wakil Tuhan. 

Karena itu, tidaklah salah hanya jika kita mengatakan, pemerintah sudah sebenarnya musuh manusia, alam dan Tuhan guna pemenuhan kepuasaan diri dan kepenitingan sesaat bagi kelompok kuat tertentu di dunia, sejauh kamu tidak mau berpihak kepada yang lemah, minoritas dan tanah Leluhur.

Tidak Adanya Keselamatan Manusia dan Alam 

Secara umum, rakyat Dogiyai adalah masyarakat heterogen dan homogeny. Awalnya rakyat Dogiyai memiliki satu komunitas dan banyak tetapi merekan menjadi minoritas dan lemah di negerinya sendiri. Kebijakan pembangunan yang tidak berbasis budaya justru mempermudah kematian orang Mee di Dogiyai. 

Melalui adanya proses kebijakan pembangunan yang menyingkirkan dan mengasingkan rakyat, agenda kematian orang asli Dogiyai telah semakin meningkat dalam tiga jalan utama. Jalan pertama adalah adanya kematian anak dan bayi yang paling tinggi bagi warga Dogiyai. 

Dalam agenda ini, pemerintah melalui pelayanan medis yang tidak prima sudah biasa menghancurkan janin, kandungan setiap wanita asli Dogiyai yang sempat operasi di rumah sakit Moanemani dan Nabire. Ini banyak terjadi dan kita saksikan sendiri di rumah sakit umum yang ada. 

Kedua, jalan kematian pemuda, remaja dan para dewasa. Orang muda Dogiyai biasa mati banyak dan dibunuh secara sengaja oleh TNI/Polri denga senjata tajam. Mereka ini juga tidak biasanya dilibatkan sebagai pelaku pembangunan Dogiyai, meskipun di dalam dirinya kaya dengan potensi dan kempuan intelektual alami. 

Ketiga, orang Dogiyai dewasa dan usia lanjut telah banyak yang mati tanpa dialog, perhatian serius dari pemerintah. Mereka ini telah tidak akan menyelamatkan dirinya sendiri. 

Bagaimana rakyat ini mau dapat selamat sementara pada saat yang sama pemerintah menindas, menjajah dan membunuh rakyatnya sendiri dengan adanya berbagai laporan, alasan dan berbagai proses kebijakan yang tidak bermoral dan berbudaya. Jadi, pemerintah memang sudah gagal menyelamatkan rakyat dan alam Dogiyai dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, saya pikir, rakyat dan alam Dogiyai sudah masih membutuhkan seorang konseptor, yang daripadanya dalam terang Tuhan, Sang Pembebas sejati dapat menyelamatkan mereka dan tanah Leluhurnya. 

Meskipun pemerintah daerah bersama rakyatnya telah melaksanakan agenda demokrasi serentak pada 15 Februari 2017 di Dogiyai, kita masih menunggu siapa yang layak akan dilantik sebagai bupati Dogiyai secara sejati demi menciptakan kesejahteraan, kebahagiaan dan perdamaian universal. Selamat menantikan sang konseptor sejati!

Penulis adalah Mahasiswa pada STFT “Fajar Timur” Abepura-Jayapura

Share This Article :
Google
Print PDF

TRANSLATE

PUISI

SYAIR-KU UNTUK SANG REVOLUSIONER
PUISI PERJUANGAN UNTUKMU PAHLAWAN PAPUA BARAT

MY SOUND CLOUD

FACEBOOK JOIN

 
Distributed By Blogger Templates | Design By YAMEKAABII NEWS